KISAH DIBALIK PENCARIAN AVIASTAR: Ada jenazah yang bersujud memegang telepon genggam di luar badan pesawat.

Banyak cerita dibalik pencarian korban pesawat Aviastar, satu di antaranya perjuangan yang dialami rombongan Kapolres Luwu, AKBP Adex Yudiswan. Adex mulai gerilya di Pegunungan Latimojong, Minggu (4/10).

Bersama 29 anggota tim, dia mulai menelisik Gunung Gamaru dengan bekal seadanya. “Tim 30" hanya membawa makanan dan air minum seperlunya. Hari pertama dan kedua, bekal masih terpenuhi. Tebing dan jurang di Gunung Gamaru ditelusuri, pagi hingga sore, di hari pertama. Usai telisik Gamaru, bekal mulai menipis. Tapi Adex tak menyerah.

Mulai Senin siang, seluruh logistik persiapan yang dibutuhkan berupa makanan dan air telah habis. Sehingga saat melakukan pencarian mulai hari Senin digunung Bajaja, ia hanya makan pucuk pohon palem dan minum air rotan untuk bertahan didalam hutan.

Selain itu, kondisi cuaca juga berubah-ubah, kadang cerah kemudian gelap. Penemuan pesawat Aviastar juga berawal dari informasi masyarakat yang melihat ada pesawat yang terbang rendah dan ada juga yang mendengar suara ledakan.

Pada saat penyisiran pertama, pihak kepolisian menyisir wilayah gunung Gammaru dan Saajo, namun hasilnya nihil. Tim Adex baru berhasil menemukan pesawat setelah menyisir wilayah Gunung Bajaja dengan 3 tim.

Tim pertama hanya bertugas untuk membuka jalan. Karena hutan yang akan dilalui masih merupakan hutan perawan yang belum pernah dilewati. Tanda-tanda penemuan Pesawat Aviastar, saat tim melihat langsung asap yang ada di gunung tersebut. Akhirnya pesawat pun ditemukan hari Senin (5/10) pukul 15.55 WITA.

Namun, kebanggaan itu pupus ketika mata Adex mulai merekam kondisi jenazah. Semakin dekat ke serpihan, jantung Adex kian berdetak kencang. “Allahu Akbar... La hawla wa laa quwwata illa billah....,” teriak Adex menyaksikan kondisi jenazah. Sebagian anggota tim berteriak kencang, “Allahu Akbar... Laa Ilaaha Illallah....”

Tim 30" histeris. Mereka larut dalam tangisan perih menyaksikan mayat di depan mata. "Saya menangis saat melihat para korban dan rombongan lain langsung histeris sambil meneriakkan ‘Allahu Akbar dan Laa Ilaaha Illalah’. Sejenak kami terperangah,” ujar Adex yang termenung menatap tajam jenazah yang bersujud memegang telepon genggam di luar badan pesawat.

Adex mengatakan dirinya ingin menangis saat menemukan jenazah korban pesawat Aviastar, khususnya anak-anak. Ia mengatakan, sebagian jenazah keluar dari pesawat saat ditemukan. "Kami yakin tidak ada badannya yang tertinggal karena kami semua yang mengambilnya kemudian menyatukannya kembali," ujarnya.

Kondisi para korban juga sangat susah untuk dikenali karena dalam keadaan hangus terbakar. Ekor dan sayap pesawat juga sudah terpisah, begitupula dengan badan lainnya yang terburai saat pesawat ditemukan. Adex menambahkan, lokasi tempat ditemukannya pesawat juga tergolong berat karena berada di kemiringan 45 derajat.

Setelah menguasai diri, Adex mengomando tim untuk memindahkan jenazah. Adex dan para personel “Tim 30" mengangkat satu per satu jenazah tanpa kaos tangan. Setelah memindahkan semua jenazah ke sarung dan kantong mayat, Adex dan rombongan membalur tangan dengan tanah untuk menghilangkan sisa “daging terbakar” yang melengket karena tak ada air di sekitar lokasi penemuan itu.
Setelah seluruh jenazah dibungkus sarung dan kantong serta diletakkan di posisi aman, Adex dan anggota tim istirahat. Dia putuskan bermalam di samping jenazah dan serpihan pesawat. Perjalanan pulang ke Posko Utama di Desa Ulu Salu tidak bisa ditempuh di malam hari.

Adex tak bisa menggambarkan suasana angker malam itu."Kalau masalah gaib-gaib jangan tanya ke saya. Tanya sama teman-teman yang ikut sama rombongan,” kata Adex.

Pagi menjelang. Tim sudah siap berangkat tanpa sarapan. Sambil menggendong mayat bayi dan serpihan Aviastar, Adex memimpin tim kembali ke posko induk. Lapar dan haus menyerang “Tim 30" yang sedang menggendong jenazah dan serpihan pesawat.

Di tengah puncak lapar dan haus, seorang anggota tim berteriak lantang, “Di depan ada sungai...di depan ada sungai." Langkah kaki Adex dipercepat menuju sungai. Rombongan pun bisa mengisi perut sepuasnya dengan air sungai sekitar pukul 12.00 wita."Kami hanya minum air sungai, itupun pada Selasa siang," ujar Adex saat menceritakan kembali proses penemuan Aviastar di kantornya, Rabu (7/10).
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAH DIBALIK PENCARIAN AVIASTAR: Ada jenazah yang bersujud memegang telepon genggam di luar badan pesawat. "

Post a Comment